Masih di malam yang sama. Malam yang hitam, bukan hanya gelap, buatku.Yang pasti tidak sama dengan malam-malam mereka. Malam dimana mereka sedang bergembira dengan orang tua dan saudara, bergosip sakan dengan teman, malam mereka buat jalan-jalan, ya! jalan-jalan sekadar window shopping-lah, makanlah atau layan muvi mungkin. Kerana malamku, malam yang hitam, sepi sendiri dan sunyi. Malam yang berantakan, seperti suasana hatiku ini sejak berhari-hari yang lalu.
Sekarang pun masih sama. Ku lewati malam dengan sangat terpaksa. Waktu pun rasanya tak segera beranjak. Berbeza dengan waktu buat mereka yang sedang bahagia, rasanya tak terasa dah di penghujungnya. Melakukan apa saja buatku seakan tak bererti malam ini. Bahkan melakukan sesuatu yang menjadi kegemaranku. Semua seperti masuk telinga kanan keluar telinga kiri, masuk mata kanan keluar mata kiri (adooiiiiyaaaiii..). Tidak ada satupun yang bisa mententeramkan ku. Gelisah, gundah, dan makin berantakan. Malas. Tak bersemangat. Lemah. Mungkin rasanya masih lebih baik dari orang sakit tak sedarkan diri berbulan-bulan yang tak punya gairah untuk bangkit lagi.
Sedangkan perasaanku. Mungkin lebih parah kurasa. Ada yang menekan dada ini, sesak. Terkadang pedih bergantian. Tak berhenti dan berulang-ulang. Ampun sudah. Hanya aku, dia dan tentu saja Tuhan Sang Sutradara Maha Besar yang tau.
Kita tidak pernah menyedari bilakah pastinya kedatangan seseorang dalam hidup kita, yang kemudian mengisi hari-hari kita dengan tawa, canda, bahagia atau bahkan pilu dan sedih. Kita pun masih tidak menyedari sejak bilakah orang itu telah menjadi sebahagian dari setiap detik nafas yang kita hirup dan hembuskan. Tapi kita tahu pasti bila orang itu akhirnya telah pergi. Dengan penuh sesal dan kata terlambat. Seperti sebuah kata bijaksana, "kau takkan pernah tau kapan akan jatuh cinta, tapi akan selalu ingat kapan kau kehilangan."
Kita memang mahluk tidak sempurna hidup di dunia yang tak sesempurna yang kita kira. Kita diberikan waktu oleh Sang Sutradara untuk dimaknai dan diisi. Banyak orang berkata, hidup adalah perjuangan. Perjuangan mencari nafkah, mengejar cita-cita atau mewujudkan impian. Ada juga yang berkata, hidup adalah kehilangan. Kehilangan ditinggal mati, ditinggal kekasih hati atau kehilangan jati diri dan akal sihat. Buatku, saat ini, jujur, hidup adalah siksaan. Yang tidak bisa ku lalui untuk memaknai waktu ku lagi. Yang walau aku bersedia melakukan apapun juga tetap tidak bisa kurangkul untuk menggapai mimpi. Bukan sebuah contoh ideal buat mereka-mereka yang menikmati hidup.
Anyway.. Apakah terlalu berlebihan jika ku minta pada Sang Sutradara untuk menghentikan saja waktuku?
"Hei.. Hidup ini indah!!" Kata mereka.
Iya memang, untuk kalian.
Tapi untukku?
1 comment:
akan indah jua... sabar...
Post a Comment